TQC
Pada periode 1960,
cara-cara statistik dalam mengendalikan kualitas mulai dilakukan walaupun tidak
di semua industri manufaktur di AS, misalnya dalam menerima barang (acceptance
sampling), dan dalam mengendalikan proses dengan peta kontrol. ‘Military
standard’ yang dikembangkan industri militer Amerika Serikat selama perang
dunia ke II, telah menggunakan konsep statistik untuk menerima barang. Terkait
dengan pengendalian kualitas secara statistik ini, Peter Drucker meramalkan
bahwa statistical quality control akan digunakan pada banyak perusahaan
manufaktur di tahun 1999 bersama-sama dengan activity based costing, dan
sistem informasi yang bersifat integral menghubungkan pasar dengan produsennya.
Sampai dengan tahun 1975, Feigenbaum mulai dikenal karena tulisannya ‘Total
Quality Control: Engineering and Management’ (1960) yang intinya
adalah untuk mencapai kualitas prima dari sebuah produk diperlukan kerjasama
dari seluruh pengelola fungsi suatu organisasi dan satuan organisasi yang
menangani masalah kualitas harus mempuayai wewenang yang besar. Pengelola
kualitas harus diberi jabatan/tempat sejajar dengan manajer-manajer menengah
lainnya, tidak sebagaimana sediakala dimana manajer kualitas di bawah bayangan
manajer pabrik sehingga kualitas dipersepsikan secara relatif subyektif.
Pandangan Feigenbaum ini menarik perhatian kalangan pengelola mutu.
Konsep
TQC (Total Quality Control) yang dilontarkannya adalah sebagai berikut:
"Total Quality Control is an effective system for integrating the
quality development, quality improvement efforts of the various groups in an
organization so as to enable production and service at the most economical
levels which allow for full customer satisfaction". Konsep dengan nama
total kualitas ini kebetulan cocok dengan sifat partisipatif yang akarnya kuat
pada masyarakat Jepang. Masyarakat industri Jepang sendiri, sejak 1950-an telah
diperkenalkan dengan teknik-teknik meningkatkan kualitas produknya oleh Amerika
atas prakarsa Jenderal Mac Arthur dalam rangka politik budi baik.
Pada saat itu yang
dikirim adalah Deming (terkenal dengan Plan Do Check Action Wheel) dan
Juran (terkenal dengan quality is a fitness for use). Oleh pihak
industri Jepang, konsep Total Quality Control tersebut dikembangkan
menjadi ‘Total Quality Control-Organizational Wide and Total Quality
Management’, dan bahkan dituliskan secara resmi sebagai bagian dari buku
pedoman standar industrinya JIS (Japanese Industrial Standard) Z8101
Goetsch dan Davis mengungkapkan sepuluh unsur utama
(karakteristik) total quality control, sebagai
berikut:
1. Fokus Pada Pelanggan
Dalam TQC, baik pelanggan internal maupun
pelanggan eksternal merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas
produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal
berperan besar dalam menentukan kualitas manusia, proses, dan lingkungan yang
berhubungan dengan produk atau jasa.
2. Obsesi Terhadap Kualitas
Dalam organisasi yang menerapkan TQC, penentu
akhir kualitas pelanggan internal dan eksternal. Dengan kualitas yang ditetapkan
tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang
ditentukan tersebut.
3. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQC, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan
dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut.
Dengan demikian data diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga
(benchmark), memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.
4. Komitmen jangka Panjang
TQM merupakan paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu
dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu komitmen jangka
panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQC dapat berjalan dengan sukses.
5. Kerja sama Team (Teamwork)
Dalam organisasi yang menerapkan TQC, kerja sama
tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina baik antar karyawan perusahaan
maupun dengan pemasok lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.
6. Adanya
Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan
Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam
penerapan TQC. Pemberdayaan bukan sekedar
melibatkan karyawan tetapi juga melibatkan mereka dengan memberikan pengaruh
yang sungguh berarti.
Pengukuran Kinerja Mutu berdasarkan TQC
Dalam pengukuran kinerja mutu berdasarkan TQC parameternya tidak ditetapkan secara internal namun didikte berdasarkan
persyaratan-persyaratan pelanggan dan tekanan kekuatan pasar.
Pengukuran kinerja mutu berdasarkan Total Quality Control meliputi:
- Kinerja Mutu Finansial
Alat yang digunakan dalam pengukuran
kinerja mutu finansial berdasarkan TQC dalah
dengan menggunakan laporan biaya mutu yang terdiri dari: Pertama, Biaya
Penilaian (apraisal costs), yaitu biaya-biaya inspeksi, pengujian, dan
tugas lain yang memastikan bahwa produk atau proses dapat diterima. Kedua,
Biaya Pencegahan (prevention costs), yaitu jumlah dari semua biaya untuk
mencegah kerusakan, seperti biaya-biaya untuk mengidentifikasi penyebab
kerusakan, untuk mengimplementasi tindakan korektif untuk menghilangkan
penyebab, untuk melatih personel, untuk mendesain kembali produk atau sistem,
dan untuk perelatan dalam modifikasi baru.
Ketiga, Biaya Kegagalan, yang
terdiri dari atas Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Costs), yaitu
biaya-biaya yang terjadi dalam sistem: kerusakan produk, pengerjaan ulang,
reparasi; dan Biaya Kegagalan Eksternal (Eksternal Failure Costs), yaitu
biaya-biaya kerusakan yang melewati sistem: penggantian jaminan pelanggan,
kehilangan pelanggan atau nama baik (goodwill), keluhan penanganan, dan
reparasi produk.
- Kinerja Mutu Non Finansial
Alat yang digunakan dalam mengukur
kinerja mutu non-finansial berdasarkan TQC adalah
dengan melihat: Pertama, Produk Yang Tidak Sesuai (Non Conforming Product).
Kedua, Tingkat kepuasan pelanggan yang dilihat berdasarkan jumlah surat keluhan
pelanggan. Ketiga, Rasio pergantian pegawai. TQC dalam
pengukuran kinerja mutu memainkan peranan yang kritis dalam usaha meningkatkan
mutu dan produktivitas karena bisa merefleksikan hal-hal berikut:
- Menghilangkan defisiensi dalam proses
- Memenuhi persyaratan-persyaratan pelanggan
- Menunjukkan area-area yang perlu perbaikan.
- Memberi umpan balik bagi tindakan perbaikan yang telah diambil.
- Menilai dan mengevaluasi kinerja mutu secara akurat.
- Didesain, dikembangkan dan dipertahankan oleh pihak-pihak yang bersangkutan dengan proses/aktivitas tersebut.
PPIC
PPIC merupakan suatu metode
perencanaan produksi dan penanganan material. Setiap perusahaan mempunyai
sistem produksi masing-masing. Perusahaan manufaktur mempunyai perencanaan
produksi tentang produknya apakah spare part atau produk komplit. PPIC
merupakan suatu sistem perencanaan, pengendalian dan alat untuk mengambil
keputusan. Apa saja yang termasuk dalam sistem PPIC, beberapa hal yang
merupakan komponen sistem PPIC dapat dilihat dalam gambar di bawah ini :
Dari beberapa komponen di atas ada
satu komponen yang merupakan komponen yang sangat penting yaitu material
planning atau inventory management. Mengapa inventory management sangat begitu
penting? Inventory management merupakan sistem penanganan material/bahan baku
dalam proses produksi. Sadar atau gak, material merupakan komponen cost yang
paling besar porsinya dalam penentuan harga suatu produk, apapun produk yang
dijual, material merupakan komponen harga pokok produksi yang paling besar.
Apakah perusahaan manufaktur, jasa perawatan pesawat atau industri jasa.
PPIC / Production
Planning & Inventory Control
Pada intinya, PPIC bekerja sesuai dengan kaidah empat
sehat lima sempurna. Empat sehatnya adalah PDCA (Planing, Doing, Control,
Action). Sedang lima sempurnanya adalah Continous Improvement atau perbaikan
terus – menerus. Secara ringkas dapat digambarkan sbb :
Planning
Semua komponen sistem manajemen harus dipersiapkan.
Makanya PPIC sering disebut Pemersiap Kerja atau Peteknik Industri. Adapun hal
– hal yang biasanya dipersiapkan meliputi 5 unsur pokok, yaitu 5M (Man, Money,
Material, Machine, Methode).
Man : personil yang dibutuhkan untuk
menempati masing – masing stasiun kerja harus dipersiapkan dan ditetapkan
kebutuhannya sesuai dengan Standart kompetensi yang seharusnya.
Money : maksudnya
bukan uang, tetapi biaya. Artinya perencanaan biaya, atau lebih fokus pada
penentuan Harga Pokok Produk. Pada perusahaan besar, bagian cost accounting
sudah termasuk merencanakan harga pokok produk.
Material : Bahan
baku, bahan pendukung dll harus direncanakan kebutuhannya dan dikendalikan
persediaan / stoknya. Sediaan yang banyak belum tentu efisien. Banyak metode –
metode yang bisa dipergunakan dalam menentukan rencana kebutuhan dan tingkat
sediaan yang tepat. Salah satunya dengan metode MRP (Material Requirement
Planning).
Machine : Pada
masing – masing stasiun kerja harus ditetapkan spesifikasi dan jumlah mesin
yang diperlukan berikut tata letak / layout yang tepat agar tercapai efisiensi
dan tidak ada pemborosan karena handling / transportasi serta tidak terjadi
arus balik (proses berulang).
Methode :
Menetapkan sasaran / target dan strategi masing – masing stasiun kerja.
Pembuatan prosedur kerja dan petunjuk teknis / manual instruction yang
dilengkapi dengan peralatan / tooling yang diperlukan. Standart Mutu Produk
perlu ditetapkan untuk menjaga kestabilan kualitas.
Dengan 5M tersebut, pada akhirnya
PPIC dituntuk untuk bisa membuat jadwal produksi yang sesuai dan waktu
pengiriman yang tepat.
Doing
Yaitu proses realisasi dari perencanaan / planning.
Dimulai dari pembuatan surat perintah kerja, pendelegasian tugas dan wewenang
masing – masing seksi serta mensosialisasikan spek – spek perencanaan lewat
media presentasi kepada jajaran produksi. Bagian produksi melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan perencanaannya.
Controll
Proses selanjutnya adalah pengendalian pelaksanaan
pekerjaan. Bagian PPIC bertanggung jawab terhadap kelancaran proses produksi.
Mutu / kualitas hasil kerja tiap stasiun kerja dipantau dan dikendalikan sesuai
dengan standart mutu produk yang telah ditetapkan. Pada intinya, proses control
adalah memastikan bahwa realisasi produk telah sesuai dengan yang direncanakan.
Setiap ketidaksesuaian dicatat sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan
berikutnya.
Action
Action adalah melakukan tindakan pencegahan dan atau
perbaikan. Semua ketidaksesuaian yang telah tercatat dianalisa untuk ditetapkan
tindakan apa yang harus dilakukan. Prinsip skala prioritas harus dipakai dalam
menentukan tindakan mana yang harus didahulukan. Metode kerjanya biasanya
dengan Brainstorming, Diagram Pareto, Diagram Fishbone dll.
Pengukuran kinerja PPIC
Manajemen kinerja adalah proses komunikasi yang
berlangsung terus-menerus yang dilaksanakan berdasarkan kemitraan antara
seorang karyawan dengan penyelia langsungnya. Salah satu metode pengukuran
kinerja yaitu Balanced Scorecard. Balanced Scorecard merupakan instrument yang
dibutuhkan untuk mengemudikan perusahaan menuju kepada keberhasilan persaingan
masa depan, dengan menerjemahkan misi dan strategi perusahaan ke dalam
seperangkat ukuran menyeluruh yang memberi kerangka kerja bagi pengukuran dan
sistem manajemen strategis.
Balanced Scorecard merupakan sistem manajemen bagi
perusahaan untuk berinvestasi dalam jangka panjang untuk pelanggan (customer),
pembelajaran dan pertumbuhan karyawan, termasuk manajemen (learning and
growth), proses bisnis internal (sistem) demi memperoleh hasil-hasil finansial
yang memungkinkan perkembangan organisasi bisnis daripada sekedar mengelola
bottom line untuk memacu hasil-hasil jangka pendek.
Balanced Scorecard (BSC) perlu terus dipantau karena
akan mengarahkan karyawan terhadap faktor-faktor sukses kunci untuk
membangun kesuksesan masa kini dan masa yang akan datang. Evaluasi terhadap
sistem pengukuran kinerja perusahaan sangat penting untuk dilakukan. Evaluasi
dilakukan melalui survei mencakup berbagai tolok ukur dan sistem pengukuran
yang digunakan organisasi atau perusahaan saat ini. Dengan melengkapi berbagai
instrument yang didasarkan pada the Baldrige Criteria, terlihat karakteristik
suatu sistem pengukuran yang efektif dan seberapa jauh organisasi atau
perusahaan terlibat dalam standart dan praktik BSC yang ada.
·
Selanjutnya alat ukur yang baik akan memberikan informasi yang tepat mengenai perkembangan perusahaan dan indikator-indikator
apa saja yang mempengaruhi keberhasilan perusahaan secara menyeluruh. Informasi ini digunakan untuk mengetahui posisi perusahaan
di masa sekarang untuk selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk menentukan
posisi perusahaan dimasa depan.
·
Pengukuran
kinerja perusahaan bertujuan untuk melihat sejauh mana perkembangan perusahaan.
Sehingga dibutuhkan sebuah sistem pengukuran kinerja yang tepat dan memadai. Perbaikan tidak dapat dilakukan tanpa pengetahuan mengenai
kondisi yang ada sekarang.






Tidak ada komentar:
Posting Komentar